Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DUET FMN RANTING UNM DAN BEM FE UNM MENUJU HARI ANTI KORUPSI 2016


Makassar, 07 Desember 2016 FMN Ranting UNM menggelar diskusi publik di gedung Flamboyan ruangan BD 103 FE UNM. Kegiatan ini dilaksanakan atas dasar kerja sama FMN ranting UNM dan BEM FE UNM. Diskusi publik yang berlangsung dari pukul 15.00 - 17.00 WITA merupakan rangkaian kampanye menuju peringatan hari anti korupsi internasional 2016.


Sofyan Efendi selaku menteri sosial politik BEM FE UNM mengatakan bahwa kegiatan ini sangat baik dan baru kali ini diskusi yang kami laksanakan dihadiri oleh banyak peserta. Harapan kami ke depannya BEM FE UNM bisa bekerja sama dalam melaksanakan agenda-agenda selanjutnya bersama FMNRantingUNM.
FirdausBakhtiar selaku presiden BEM FE UNM menambahkan bahwa kerja sama ini banyak mengundang kontroversi LK, namun itu bukanlah masalah besar karena tidak ada aturan yang membatasi kami untuk menjalin kerja sama dengan organisasi lain. Mahasiswa yang selalu berpakaian rapi ini melanjutkan agar FMN siap untuk terus menjalin kerja sama dengan BEM FE UNM dalam aksi kampanye peringatan hari anti korupsi internasional dan HAM. Firdaus juga menyarankan agar kawan-kawan FMN bisa segera melakukan rekruitmen khususnya di jurusan manajemen FE UNM.
Sementara itu, Nurdin selaku ketua umum FMN ranting UNM menyatakan kerja sama ini merupakan sebuah kemenangan bagi organisasi dan sebuah kemajuan dari pekerjaan politik. Berawal dari agenda ini pula lembaga kemahasiswaan internal kampus mulai menaruh rasa percaya kepada FMN. situasi seperti ini merupakan momen tepat untuk terus menyebar luaskan pandangan demokratis nasional serta memberikan gambaran situasi konkrit yang terjadi di sekitar kita.
Rangkaian menuju peringatan Hari Anti Korupsi internasional yang dihadiri oleh 70 peserta ini berjalan dengan baik sesuai dengan rencana. Diskusi kali ini menghadirkaan dua narasumber, yaitu Haerul (LBH Makassar) dan Faisal (alumni FMN Makassar). Dalam diskusinya, Haerul menyampaikan bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya dan cara untuk mengatasinya tentu kembali pada pribadi masing-masing. Tentunya revolusi mental adalah salah satu metode yang dapat membentuk karakter anti korupsi sejak dini.
Faisal juga menyampaikan, persoalan korupsi harus diantisipasi sejak dini, minimal berawal dari kampus dengan menghapuskan budaya pemberian amplop dan parsel pada saat penyelsaian studi. Kasus semacam ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kebijakan birokrat kampus yang semakin fasis. Mantan ketua FMN Makassar ini menmbahkan bahwa korupsi saat ini sudah dipandang lumrah di kalangan masyarakat, sehingga upaya untuk menghilangkan penyakit ini masih sangat sulit.
Diskusi publik yang mengangkat tema “Korupsi, Budaya atau Trend?” melibatkan 18 anggota ranting, 2 anggota BPR UNISMUH Makassar dan 5 kolektif cabang. Budaya ilmiah ini tentunya harus diintensifkan dalam jangka panjang demi mewujudkan pendidikan yang ilmiah, demokratis dan mengabdi pada rakyat.

Widyawan Setiadi

Div. Propaganda FMN Makassar.