Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi Respon Tolak Omnibus Law, FPR Sul-sel Mendapatkan Respon Positif Dari Masyarakat


Aliansi Front Perjuangan Rakyat Sulawesi-selatan (FPR SUL-SEL) Kembali melangsungkan aksi Penolakan Omnibus RUU Cipta Kerja yang dinilai sangat merugikan rakyat.

“Kami dari FPR Sulsel sudah menyatakan sikap bahhwa omnibus law Ruu Cipta Kerja hanya untuk melayani kepentingan Kapitalisme Monopoli Internasional (Imperealisme) untuk menggeruk Sumber Daya Alam Indonesia,semua klaster yang ada di RUU ini sepenuhnya kami tolak karena sangat merugikan Buruh dan seluruh rakyat Indonesia” ,Ujar Supianto selaku Jendral Lapangan.

Aksi ini Berlangsung sejak Pukul 10.00 wita – 16.45wita, Tepat didepan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi-selatan,  Jl. Urip Sumoharjo No.59, Karuwisi Utara, Kec. Panakkukang, Kota Makassar kamis 16 Juli 2020.

Organisasi yang tergabung di FPR diantaranya : FMN Makassar, Seruni Makassar, BEM FIS UNM, BEM FE UNM, BEM FBS UNM, BEM FT UNM, HMJ Kepelatihan FIK UNM, HIMA Pend. Sejarah FIS UNM, HMJ Matematika FMIPA UNM, dan LBH Makassar.

Maskot berbentuk layaknya pengusa yang mengenakan Jas berdasi, Bertuliskan Imperealisme, yang memegang buku bertuliskan Omnibus Law RUU Cipta Kerja, kakinya bertuliskan DPR dan dimeriahkan dengan Aksi Tetrikal, melengkapi varian aksi mereka.

Aksi ini mendapatkan respon positif dan dukunga dari masyarakat. 

“Aksi yang dilakukan mahasiswa ini kami sangat dukung karena mereka tertib dan tidak menutup semua jalan , apa yang mereka demo juga masuk akal”, Ujar salah satu masyarakat yang tidak ingin disebutkan Namanya, tinggal di sekitar lokasi aksi.

Tidak hanya itu masyarakat juga memberikan air dos, dan ikut meneriakkan yel-yel massa aksi ”Rakyat Bersatu, Tolak Omnibus Law”.

Akhir dari aksi ini, massa aksi Bersama-sama membakar maskot dan membacakan pernyataan sikap

“kami membakar maskot Imperealisme ini sebagai Simbol, bahwa Imperealisme harus di hancurkan beserta kaki tangannya yang merupakan musuh utama rakyat dan sesungguhnya Imperealisme tidak akan mungkin di hancurkan hanya dengan kekuatan pemuda mahasiswa tapi persatuan seluruh sektor rakyat dunia yang dipimpin oleh kelas buruh, kaum tani sebagai soko guru dan pemuda mahasiswa berjuang Bersama mereka”, Tegas Supianto.

Supianto juga menilai solusi atas situasi yang dihadapi rakyat hari ini adalah dengan menjalankan Reforma Agraria sejati yang nantinya akan menghilakan monopoli atau ketimpangan penguasaan tanah baik di pedesaan maupun diperkotaan dan menjadi syarat terbangunnya Industri Nasional yang mandiri ketersediaan pangan yang memadai bagi rakyat dan Upah akan sesuai dengan tingkat kebutuhan hidup buruh dan keluarga, ketersediaan lapangan kerjan akan dibuka seluas mungkin dan juga jaminan kepastian kerja. Seluruh aspek mengenai kepentingan umum  (pendidikan, kesehatan, perumahan, jaminan sosial) sepenuhnya menjadi tanggungan Negara.