Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tentang Tindakan Fasis dan Rasis Terhadap Rakyat Papua, Ratusan Massa FPR Sulsel Lakukan Aksi.


Kamis, 22 Agustus 2019. Ratusan massa aksi dari berbagai Organisasi yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) Sulsel melakukan aksi demonstrasi merespon maraknya tindakan fasis dan rasis yang terjadi terhadap rakyat Papua. Dalam aksi tersebut, FPR Sulsel mengangkat tema “HENTIKAN DAN LAWAN TINDAKAN FASIS DAN RASIS TERHADAP RAKYAT PAPUA!”.

Aksi yang dimulai pada pukul 13.30 wita tersebut menyasar 2 lokasi aksi, yaitu Fly Over dan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Aksi dimulai terlebih dahulu di Fly Over yang merupakan pusat keramaian kemudian berpindah kedepan kantor Gubernur Sulawesi Selatan.


Aksi dibuka Oleh Al Iqbal dari FMN Makassar yang juga merupakan Koordinator aksi. “Hari ini FPR Sulsel kembali melakukan aksi Demonstrasi dengan maksud memberi dukungan terhadap perjuangan rakyat Papua yang belakangan ini kerap kali menerima perlakukan fasis dan rasis.” Tegasnya.

Priode pertama Joko Widodo Tercatat peristiwa tindakan tak pro Papua tersebut, yakni di asrama mahasiswa Papua di Jogjakarta di 2016, asrama mahasiswa Papua di Surabaya tahun 2018, kekerasan militer fasis yang berlangsung di Paniai dam Mimika pada 2014, dan saat ini juga sedang berlangsung di Ndunga, Papua. 

Baru-baru ini tindasan fasis dan rasis dilakukan oleh aparat kepolisian dan TNI, bersama organisasi paramiliter terhadap rakyat Papua dengan melakukan penyerangan terhadap Asrama Mahasiswa Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, pada 16 dan 17 Agustus 2019. Selain itu, di Makassar pada tanggal 19 Agustus 2019 mahasiswa Papua yang hendak melakukan aksi solidaritas di monument Mandala terpaksa hanya melakukan aksi dan konfrensi pers didepan asrama mereka lantaran adanya pembatasan yang dilakukan oleh ormas reaksioner. Parahnya lagi, setelah itu terjadi insiden penyerangan terhadap mahasiswa Papua di asrama mereka tepatnya di jalan Lanto Dg. Pasewang oleh sekelompok oknum reaksioner. Akibatnya, 2 mahasiswa terkena busur dan 4 mahasiswa lainnya terkena lemparan batu. Selain itu, fasilitas mereka di asrama seperti jendela juga pecah akibat terkena lemparan..

Tak hanya itu, di Malang Mahasiswa Papua juga dibungkam dengan kekerasan saat menyampaikan pendapatnya atas “New York Agreement 1962” yang dinilai melanggar hak-hak rakyat Papua. Bahkan aksi rakyat Papua juga mendapatkan ancaman dari Wakil Walikota Malang yang akan memulangkan mahasiswa ke Papua karena dituduh sebagai sumber kerusuhan

Peristiwa pengepungan, teror, intimidasi, tindak kekerasan dan penangkapan paksa yang dilakukan oleh aparat keamanan beserta ormas-ormas binaan mereka terhadap mahasiswa Papua, jelas merupakan pelanggaran HAM dan perampasan hak-hak demokrasi rakyat. Tidak cukup dengan penangkapan dan teror, mereka juga melakukan tindasan rasis dengan ujaran kebencian melalui kata-kata yang merendahkan dan melecehkan rakyat Papua. 

Pria yang kerap disapa dengan nama Cibal tersebut menambahkan, “Tindakan Fasis dan Rasis terhadap rakyat Papua bukan kali pertama terjadi. Sudah sejak dulu rakyat Papua terus mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pemerintah serta alat reaksinya dan it uterus saja berulang sampai saat ini. Ini sudah sangat jelas menggambarkan watak asli rezim saat ini yang fasis, rasis dan anti demokrasi. Rezim yang menjadi pelayan setiap bagi tuannya Imperialisme AS dengan mempersembahkan kekayaan alam negaranya termasuk tanah Papua untuk di eksploitasi tanpa memperdulikan nasib rakyatnya.”


Dalam aksi tersebut juga, salah seorang Pemuda asal Papua yang sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama di Makassar juga turut menyampaikan pandangannya. “Kekayaan alam Papua menjadi primadona dan diminati oleh bangsa lain. Namun, rakyat Papua sama sekali tidak mendapatkan perlakuan special, malah kami rakyat Papua terlihat seperti tidak ada artinya. Kami sudah terlalu menderita dalam keadaan seperti ini, jadi jangan salahkan kalau saudara-saudara kami yang ada di Papua sana meminta untuk merdeka dan dapat menentukan nasibnya sendiri tanpa intervensi.”

Aksi yang berjalan sekitar 3 jam tersebut berjalan dengan damai dan tertib hingga akhir. Sebelum aksi di akhiri, koordinator aksi menjelaskan bahwa aksi yang dilakukan oleh FPR Sulsel bukanlah aksi sektoral semata. Melainkan aksi yang berskala nasional bahkan internasional. FPR secara nasional memang mengecam perlakuan refresif dan rasis terhadap rakyat Papua. Sebelumnya, FPR dibawah koordinantor nasional mengadakan aksi di depan Istana negara, Jakarta. Kemudian FPR Sulteng, FPR Banyumas, dan hari ini FRR Sulsel dan FPR Jawa Barat serta FMN Surabaya. Dari Intwrnasional, Dukungan juga diberikan oleh ILPS Fhilipina dan hari ini, ILPS Hongkong juga turut melakukan kampanye untuk memberikan dukungan pada rakyat Papua.

Adapun Tuntutan yang dibawa oleh FPR Sulsel adalah sebagai berikut:

  1. Hentikan sekarang juga segala bentuk tindasan fasis dan rasis terhadap rakyat Papua yang dilakukan aparat sipil dan militer beserta ormas-ormas para-militer.
  2. Mendesak Polda Sulsel untuk megusut tuntas, serta menindak tegas dan berikan hukuman setimpal para pelaku fasis dan rasis bagi tegaknya keadilan rakyat Papua!
  3. Hentikan operasi militer di Ndunga dan segala bentuk perampasan tanah dan sumber kekayaan alam di tanah Papua!
  4. Berikan dan jamin kebebasan berkumpul dan berpendapat sebagai hak demokratis universal rakyat Papua, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri!


Penulis : Ayu Wisnu Wardani (SERUNI Makassar)